PARLEMEN JATIM-Pemilu 2014 punya fenomena tersendiri dibanding pemilu 2009. Pasalnya, pada pemilu kali ini hampir 70 persen caleg incu...
PARLEMEN JATIM-Pemilu 2014 punya
fenomena tersendiri dibanding pemilu 2009. Pasalnya, pada pemilu kali ini
hampir 70 persen caleg incumbent gagal terpilih kembali sebagai anggota Dewan
Jawa Timur. Hal itu jelas mencengangkan publik. Sebab, caleg incumbent
diuntungkan oleh berbagai fasilitas penunjang yang melekat pada dirinya sebagai
anggota Dewan.
Thoriqul Haq adalah satu diantara caleg
incumbent yang beruntung kembali meraih kepercayaan konstituen di Jember dan
Lumajang yang merupakan daerah pemilihannya. Peraih suara terbanyak di dapil
Jatim IV itu mengakui, status sebagai caleg incumbent seperti dua sisi mata
uang logam yang berbeda bentuk.
Di satu sisi bila selama berkiprah
sebagai anggota Dewan ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat, maka bisa
dipastikan masyarakat akan kembali memilih. Sebaliknya, bila dalam rentan waktu
menjabat sebagai anggota Dewan tidak ada manfaat yang signifikan dirasakan
masyarakat. Maka tak heran kalau masyarakat mengalihkan dukungan kepada caleg
lain.
"Jadi caleg incumbent tidak
selamanya menguntungkan. Kalau masyarakat menilai selama kita menjadi anggota
Dewan kurang berkontribusi pada dapil, maka mereka tidak akan memilih,"
tutur mantan Presiden BEM IAIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berubah nama
menjadi UINSA.
Bicara kampanye, politisi muda PKB itu
mengaku sejak awal sudah mengambil segmentasi tersendiri dalam bersosialisasi
sebagai wakil rakyat. Caleg dengan nomor urut satu itu mengaku khusus membidik
anak muda dari kalangan NU yang masuk usia produktif. Segmen itu sengaja ia
pilih karena pas dengan dirinya yang merupakan generasi muda. Karena itu, tim
sukses yang ia bentuk juga merupakan anak-anak muda dari kalangan NU, sehingga
komunikasinya nyambung.
"Saya bidik segmentasi anak muda NU
produktif karena secara komunikasi lebih nyambung, sehingga sosialisasipun
lebih mudah," beber Ketua Komisi C di DPR Jatim periode 2009-2014
tersebut.
Soal budget kampanye pria yang akrab
disapa Thoriq itu mengaku menghabiskan dana Rp750 juta. Jumlah itu lebih besar
dari prediksi sebelumnya yang hanya butuh dana sekitar Rp500 juta. Jumlah itu
tergolong hemat dibanding caleg-caleg lain yang mengeluarkan dana kampanye
hingga Rp5 milyar.
Thoriq mengaku bisa menakan dana
kampanye karena dia lebih memilih menggunakan pola kampanye tatap muka dan
menyapa masyarakat. Sehingga secara personal antara caleg dengan konstituen
lebih dekat. Praktis pola kampanye itu tak memerlukan alat peraga besar dan
mahal seperti baliho dan spanduk. Dirinya mengaku lebih banyak membuat pamflet
dan brosur terkait visi dan misi serta apa program yang telah ia lakukan selama
menjadi wakil masyarakat Jember dan Lumajang di parlemen.
"Saya lebih banyak mencetak pamflet
dan brosur. Jadi tak menyedot dana kampanye secara besar. Saya juga tak buat
kaos karena biaya produksinya besar. Saya lebih prioritaskan tatap muka dengan
calon pemilih," papar Sekretaris DPW PKB Jatim itu.
Thoriq juga mengakui besarnya kontribusi
kalangan perempuan Muslimat dalam mendongkrak perolehan suaranya saat pemilu
lalu. Thoriq mengaku banyak masuk ke acara pengajian ibu-ibu untuk
mensosialisasikan diri dan programnya sebagai caleg. Dirinya menilai pemilih
dari kalangan ibu-ibu pengajian punya komitmen yang tinggi dalam memilih.
"Kalangan perempuan terutama
ibu-ibu Muslimat itu punya komitmen yang tinggi. Mereka lebih fair dan tidak
pragmatis," pungkasnya. (day)
COMMENTS