H. Musyaffa' Noer, M.Si PARLEMEN JATIM-Kesuksesan itu tak diraih dengan begitu saja, ada proses dan strategi yang dijalani untu...
H. Musyaffa' Noer, M.Si |
PARLEMEN JATIM-Kesuksesan
itu tak diraih dengan begitu saja, ada proses dan strategi yang dijalani untuk
menuju sukses. Termasuk kesuksesan anggota DPRD Jawa Timur melenggang ke gedung
parlemen yang terletak di Jalan Indrapura No. 1, Surabaya. Berikut ini kisah
politisi PPP, Musyaffa’ Noer untuk menjadi wakil rakyat
Peran tim sukses bisa
menjadi penentu kesuksesan. Sebab, bila salah memilih tim, program sebagus
apapun bisa menjadi tak berarti. Sadar akan pentingnya peran tim sukses,
Musyaffa' Noer mengaku selektif dalam memilih tim pemenangan dirinya saat
pemilu legislatif lalu.
Selain itu, calon anggota legislatif (Caleg) dari
daerah pemilihan Madura itu punya jurus jitu dalam menggerakkan tim pemenangan.
Musyaffa' mengaku mengkombinasikan tim pemenangan yang berasal dari struktur
partai dengan non struktur partai.
Politisi kelahiran Tuban
12 Juni 1964 itu punya alasan khusus membentuk dua tim pemenangan. Pasalnya,
tidak semua basis massa atau komunitas bisa didekati oleh tim dari struktur
partai. Nah, disinilah peran penting tim non struktural untuk masuk menyentuk
basis massa tersebut.
Lewat kombinasi dua tim
inilah, orang nomor satu di PPP Jawa Timur itu berhasil mendulang 81.858 suara
dan membawanya melenggang ngantor di gedung DPRD Jawa Timur.
"Saya bentuk dua tim
pemenangan. Satu berasal dari struktural, lainnya non struktural. Keduanya
saling melengkapi satu sama lain," tutur mantan aktifis GP Ansor itu.
Alumni Pondok Pesantren
Langitan Tuban itu juga sadar pentingnya alat peraga dalam mensosialisasikan
diri. Karena itulah, mantan anggota Dewan Jatim periode 1999-2004 dan 2004-2009
itu membuat dan memasang banyak alat peraga seperti baliho dan spanduk. Bahkan
spanduk pria yang pernah maju sebagai Cawabup Gresik itu terpampang dari
Bangkalan sampai Sumenep.
Pengalamannya sebagai
politisi senior, membuat dirinya tak mengesampingkan alat peraga tersebut.
Bahkan, alat peraga yang terkesan remeh temeh seperti stiker dan kartu nama
juga tak luput ia perhatikan.
Selain kesiapan alat
peraga, politisi berlatar pendidik itu juga cukup matang dalam persiapan
berkompetisi di dapil. Terbukti setahun sebelum pemilu 9 April digelar, dirinya
sudah aktif turun ke kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep yang sebenarnya bukan
basis massa dirinya yang notabene orang Pantura. Sadar akan hal itu, pria
bertubuh tegap itu rajin menemui masyrakat Madura. Mulai dari sowan ke kiai dan
pondok-pondok pesantren hingga menyapa elemen masyarakat.
"Setahun sebelum
pemilu, saya sudah terjun di dapil untuk sosialisasi diri," papar putra KH.
Nurhadi tersebut.
Musyaffa' mengaku
bersyukur bisa dipercaya menjadi wakil dari masyarakat Madura di DPRD Jawa
Timur. Karena itu, masalah biaya dirinya tak ambil pusing dan tak mau
berhitung. Baginya biaya yang keluar sangat wajar sebagai ongkos politik.
Seingatnya, budget terbesar tersedot untuk alat peraga dan konsumsi saat
bertemu warga di dapil.
Memang biaya konsumsi itu terbilang kecil hanya
berada pada kisaran Rp500.000 - Rp1.000.000. Namun jumlah itu menjadi
membengkak berlipat ganda karena jumlah warga yang ia temui sangat banyak dan
berpindah-pindah.
"Dalam satu hari saya
blusukan bisa sampai 7 titik. Itu saya lakukan untuk makin mendekatkan diri
dengan masyarakat. karena sebagai Ketua partai saya tidak hanya
mensosialisasikan diri, tetapi juga sekalian melakukan pengembangan
partai," ujar suami dari Hj. Elok Fauziyah itu.
COMMENTS