Ir. Tjutjuk Sunario PARLEMEN JATIM-Safari politik DPW PKB Jawa Timur dan Saifullah Yusuf ke DPD Partai Demokrat dan DPD PDI Perjuangan,...
Ir. Tjutjuk Sunario |
PARLEMEN
JATIM-Safari politik DPW PKB Jawa Timur dan Saifullah Yusuf ke DPD Partai
Demokrat dan DPD PDI Perjuangan, Kamis (1/6) lalu seolah membuat Pilgub Jatim
2018 sudah "berakhir".
Betapa tidak, tiga partai besar dengan jumlah
kursi parlemen terbanyak mendukung wakil gubernur Jatim tersebut untuk
melanjutkan tongkat estafet Soekarwo di Pilgub 2018.
Namun,
itu tidak berlaku bagi Partai Gerindra. Pasalnya mekanisme pilgub bukan lagi
dipilih DPRD, melainkan dipilih langsung masyarakat. "Kalau dipilih dewan
ya pasti menang. Tapi ini dipilih masyarakat," kata Wakil Ketua DPD Partai
Gerindra Jatim Tjutjuk Sunario, Jumat (2/6).
Perlu
diketahui, PKB mendapat 20 kursi, PDI Perjuangan 19 kursi, dan Partai Demokrat
13, sehingga totalnya 52 kursi. Dengan total kursi di dewan 100, berarti yang
tersisa 48 kursi. Matematika logis, Gus Ipul pasti menang, jika gubernur
dipilih legislatif.
"Bukti
konkret itu di Jakarta. Ahok didukung partai penguasa di parlemen. Tapi
kenyataanya itu tidak sama dengan keinginan masyarakat Jakarta, sehingga
Anis-Sandi yang diusung Gerindra dan PKS bisa menang," papar Wakil
Ketua DPRD Jatim itu.
Begitu
juga dengan kemungkinan koalisi. Menurut Tjutjuk, politik adalah dinamis. Saat
ini masih jauh dari gelaran pilgub. Peta koalisi bisa berubah sewaktu-waktu
menjelang injury time. Sebab itu Partai Gerindra tidak terburu-buru menentukan
koalisi maupun menetapkan calon yang akan diusungnya.
Terpisah,
Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim, Anwar Sadad mengatakan, bahwa kekuatan
politik Jawa Timur bukan hanya PKB dan PDI Perjuangan. Hal ini dikatakan karena
pileg dan pilkada berbeda variabel.
Buktinya kekuatan riil PKB tidak pernah
berbanding lurus dengan elektabilitas ketuanya dalam berbagai survei yang
dirilis. "PKB dalam sejarah reformasi, belum pernah memenangkan Pilgub
Jatim," terang Anwar Sadad.
Atas
dasar itu, ia mengingatkan, jika tidak berhati-hati dalam strategi komunikasi,
ditambah dengan persuasi yang buruk akan merugikan sendiri.
"Bisa jadi
kemenangan PKB dalam pileg lalu tak akan ada artinya dalam pilgub yang akan
datang," tegas Sadad.
COMMENTS