PARLEMEN JATIM-Jawa Timur merupakan provinsi yang kaya akan nilai sejarah, mulai masa berdirinya kerajaan nusantara hingga masa pra kem...
PARLEMEN JATIM-Jawa Timur merupakan
provinsi yang kaya akan nilai sejarah, mulai masa berdirinya
kerajaan nusantara hingga masa pra kemerdekaan dan berdirinya Republik
Indonesia . Hal itu terbukti dengan banyaknya jejak sejarah berupa situs
sejarah yang terdapat di wilayah Jawa Timur. Namun sebagian besar belum
mendapat perhatian dari pemerintah, sebagian kecil lainnya dirawat atas
inisitif keluarga maupun ahli waris.
Afwan Maksum, anggota Komisi B DPRD Jatim
menilai, situs-situs sejarah yang tersebar di wilayah Jawa Timur adalah potensi
wisata yang luar biasa, terutama wisata sejarah. Karena itu, pihaknya mendorong
pemerintah provinsi dalam hal ini Dnas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)
agar mengembangkan potensi situs sejarah menjadi obyek wisata sejarah.
“Jawa Timur ini provinsi yang kaya akan
sejarah, lihat saja situs sejarah banyak terdapat di Jatim. Mulai situs jaman
kerajaan Majapahit, hingga situs Bung Karno bisa ditemukan. Sayang banyak yang tidak
terawat, padahal punya nilai sejarah tinggi,” ujar anggota Fraksi PDI
Perjuangan DPRD Jatim itu, Selasa (17/4/2018).
Afwan mengungkapkan, sejatinya situs sejarah
itu bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) bila dikembangkan dan
dikelola oleh pemerintah provinsi atau pemda setempat. Hal itu tentu dibawah
koordinasi Disbudpar sebagai dinas teknis. Ia menyontohkan, di luar
negeri museum dan situs sejarah menjadi salah satu destinasi wisata pilihan.
Karena itu, sudah saatnya Disbudpar mulai menginventarisir
situs sejarah yang ada di Jawa Timur, untuk kemudian dikembangkan menjadi
wisata sejarah yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Tentunya fasilitas
pendukung juga harus di bangun untuk menunjang berkembangnya obyek wisata
sejarah. Bila perlu melibatkan pihak ketiga atau swasta.
“Saya yakin kalau situs sejarah dikembangkan
menjadi obyek wisata sejarah, maka wisatawan akan datang. Bahkan para pelajar
dan mahasiswa juga belajar dan melakukan penelitian. Dari penjualan tiket
masuk, tentunya menjadi PAD,” tutur sarjana ekonomi lulusan Universitas
Trisakti (Usakti) Jakarta itu.
Anggota Dewan asal daerah pemilihan Tuban dan
Bojonegoro ini menjelaskan, situs sejarah bila dikembangkan menjadi obyek
wisata sejarah juga akan berdampak ekonomis bagi masyarakat sekitar.
Perekonomian masyarakat di sekitar obyek wisata sejarah itu akan tumbuh dan
berkembang sejalan dengan kehadiran pengunjung atau wisatawan.
Para pemuda juga bisa diberdayakan dengan
menjadi pemandu wisata atau guide bagi wisatawan. Tentunya mereka sebelumnya
mendapatkan pelatihan dari Disbudpar setempat. Sebagian pemuda lainnya, bisa
menjadi pengelola parkir bagi kendaraan wisatawan dan petugas keamanan. Dengan
begitu angka pengguran juga bisa berkurang.
“Nantinya desa yang ada di wilayah obyek
wisata bisa menjadi desa wisata. Kondisi itu akan membawa dampak ekonomis bagi
masyarakat sekitar. Mulai kerajinan tangan hingga usaha kuliner sampai
penginapan bisa dikembangkan dengan melibat warga setempat,” imbuh salah satu
penggerak aksi reformasi 1998 itu. (day)
COMMENTS