PARLEMEN JATIM-Menjelang perayaan Idul Adha (qurban) stok sapi di Jawa Timur menipis. Mengingat banyak sapi betina produktif yang dipoto...
PARLEMEN JATIM-Menjelang perayaan Idul
Adha (qurban) stok sapi di Jawa Timur menipis. Mengingat banyak sapi betina
produktif yang dipotong sehingga populasinya tidak berkembang.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Suhartono
mengatakan, pihaknya menyayangkan masih banyaknya sapi betina produktif yang
dipotong. Padahal Provinsi Jawa Timur sudah memiliki Perda Nomor 6 tahun 2012
tentang Pembatasan atau Pelarangan Pemotongan Sapi Betina Produktif. Padahal
dengan adanya perda tersebut diharapkan agar masyarakat tidak sembarangan
memotong sapi betina.
"Kami minta perda larangan memotong
sapi betina produktif benar-benar ditegakan. Sapi betina produktif
batasannya punya anak 5-6 kali, tidak pernah dikontrol. Padahal kalau sapi
lokal bisa punya anak hingga 11-12 kali," kata Suhartono, Jumat (13/7).
Sekretaris Fraksi PKS DPRD Jatim ini
mengungkapkan, agar tidak menjadi macan kertas, Komisi B akan merevisi
Perda 6/2012. Komisi akan memasukkan draf tambahan agar pelaksanaan pelarangan
pemotongan sapi betina produktif benar-benar terlaksana.
"Saat ini perda sedang dibahas.
Mungkin sanksinya akan diperberat bagi yang melanggar," tandasnya.
Anggota Dewan asal daerah pemilihan Jatim
VIII ini menduga masih adanya pemotongan sapi betina karena ada penyembelihan
secara sembunyi- sembunyi. Bahkan terkadang terjadi kucing-kucingan antara
pemotong, penjual daging di pasaran dengan pihak keamanan.
"Disinyalir ada penyembelihan di
luar RPH (Rumah Pemotongan Hewan), karena harganya lebih murah. Masyarakat
tidak melihat betina atau jantan, yang penting murah," ungkapnya.
Suhartono menegaskan, memang sangat
dilema untuk persoalan sapi betina. Sapi betina produktif harus dijaga
stoknya. Disisi lain masyarakat terkadang butuh uang, sehingga tak peduli sapi
jantan atau betina dijual.
Begitu juga halnya pembeli tidak melihat
jantan atau betina, karena butuh daging. Apalagi harga sapi betina lebih murah,
dan penjualnya tidak mengerti aturan.
Ketua Bidang Kesra DPW PKS Jatim itu
menyebut bahwa stok sapi di Jatim tahun 2016 mencapai 4 juta ekor. Jumlah itu
tidak seimbang dengan tingginya kebutuhan akan daging sapi. Apalagi permintaan
tingkat nasional akan kebutuhan daging yang jumlahnya jutaan ton.
"Provinsi DKI Jakarta yang butuh
banyak yaitu 30 persen kebutuhan daging yang harus dipenuhi Jatim," ujar
pengusaha telur asin tersebut.
Alumni Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga (Unair) ini menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan qurban
dan antisipasi kelangkaan di Jatim, pemerintah pusat impor 1900 ekor sapi.
Impor tersebut dari Negara Meksiko, Australia, dan Amerika Serikat.
"Namun impor itu tidak ada
dampaknya bagi Jatim, karena setelah kita mendatangi Kementerian
Pertanian, di berbagai daerah tidak ada penampungan. Maka Jatim jadi penampungan
stok," paparnya. (day)
COMMENTS