PARLEMEN JATIM-Tiga bulan jelang hari H Pemilihan Presiden, persaingan antar kubu Capres semakin sengit dan ketat. Suhu politik pun memanas,...
PARLEMEN JATIM-Tiga bulan jelang hari H Pemilihan Presiden, persaingan antar kubu Capres semakin sengit dan ketat. Suhu politik pun memanas, baik di arena kampanye maupun di media sosial (Medsos). Kondisi ini dinilai wajar oleh ekonom, Rizal Ramli.
Menurut mantan Menko Maritim di Kabinet Kerja itu, secara statistik memang angka elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo tidak terpaut jauh. Prediksinya paling tinggi elektabilitas Jokowi unggul 10 persen. Dengan begitu posisi Jokowi belum aman, bisa disalip oleh Prabowo. Apalagi masih ada waktu 3 bulan ke depan.
"Prediksi saya elektabilitas Jokowi 40 persen, Prabowo 30 persen. Sementara yang belum memilih atau swing votters 30 persen. Karena itu swing votters lah yang menentukan kemenangan capres. Siapa yang bisa merangkul swing votters, dia menang," tutur Gusdurian yang akrab disapa Gus Romli itu, Rabu (16/1).
Menteri Perekonomian di era kabinet Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menilai, meskipun secara elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf masih unggul atas pasangan Prabowo-Sandi. Tapi situasi bisa berbalik kalau Jokowi tidak bisa mengembalikan kepercayaan publik yang mulai jenuh dengan kebijakan yang tidak pro rakyat.
Mantan Komisaris Utama Semen Gresik ini mencontohkan kebijakan impor komoditas pertanian yang merugikan petani. Kebijakan ini jelas tidak populis, sehingga tingkat kepercayaan pemerintah di kalangan petani menurun. Belum lagi kebijakan kenaikkan pajak yang mencekik pelaku usaha. Karena itu harus ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan publik.
"Jokowi harus berani mengambil kebijakan yang pro rakyat. Ini penting untuk mengembalikan kepercayaan publik. Salah satunya dengan mencopot Menteri Perdagangan yang kebijakan impornya merugikan petani. Masalahnya tinggal Jokowi berani atau tidak," imbuh Rizal.
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengungkapkan, dirinya selalu keliling Indonesia. Mulai dari satu kota ke kota lain. Dari kabupaten satu ke kabupaten lain. Selama perjalanan itu ia manfaatkan untuk membuat survei sendiri. Rizal bertanya langsung dengan masyarakat dari berbagai macam profesi dan strata sosial di setiap perjalanan. Mulai dari supir taksi sampai ibu rumah tangga. Mulai dari pedagang kaki 5 sampai pengusaha.
Dari aktifitas survei langsung itu lah, Rizal yang dijuluki "Raja Kepret" itu bisa memprediksi kalau selisih elektabilitas antar capres tidak terlalu jauh. Sebab itu kalau tidak ada kebijakan pemerintah yang tergolong luar biasa dan populis, sangat mungkin petahana bisa terjungkal. Tapi itu bukan karena tim pemenangan Probowo hebat, melainkan karena rakyat jenuh oleh kebijakan pemerintah saat ini.
"Terus terang saya meragukan hasil sejumlah lembaga survei yang merilis elektabilitas Jokowi mencapai 56 sampai 58 persen. Karena pada Pilpres 2014 yang merupakan puncak popularitas Jokowi, elektabilitasnya hanya mencapai 52 persen. Saya kira yang paling realistis tingkat elektabilitas Jokowi itu sekitar 40 persen," beber mantan tahanan politik di era Orde Baru tersebut. (day)
COMMENTS