PARLEMEN JATIM-Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir, sejumlah suku bangsa sudah hidup di bumi nusantara. Masin...
PARLEMEN JATIM-Jauh sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir, sejumlah suku bangsa
sudah hidup di bumi nusantara. Masing-masing suku bangsa itu terdiri kerajaan
maupun kesultanan yang berdaulat.
Pasca NKRI ini terbentuk kerajaan dan
kesultanan yang ada di nusntara ini melebur dalam naungan NKRI. Padahal
sebelumnya ada sekitar 30 kerajaan dengan kategori besar dan 500
kerajaan-kerajaan kecil yang hidup dan eksis di nusantara.
Andreas Eddy Susetyo mengungkapkan,
ratusan kerajaan itu melebur dan bersatu dalam bentuk NKRI karena ada alat
perekatnya yaitu Pancasila. Karena Pancasila ratusan suku bangsa yang berbeda
bahasa dan kebudayaan bisa bersatu dalam naungan NKRI.
"Kalau tidak ada Pancasila,
tidak mungkin ratusan suku bangsa ini bisa melebur dan menyatu dalam bentuk
negara. Pancasila itu adalah alat pemersatu bangsa," urai Andreas
Eddy, di Pasar Barat Desa Sitiarjo, Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang, Jumat (1/2/2019).
Anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjungan
ini memberi pengarahan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa dalam
sosialisasi empat pilar kebangsaan dihadapan sekitar 150 warga. Menurut
Andreas, semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetap
satu adalah sebuah kalimat sakral.
Politisi PDI Perjuangan ini
melanjutkan, kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang terkandung dalam Pancasila
sesungguhnya adalah sebuah bentuk kearifan lokal. Tanpa itu, bangsa ini
akan tercerai berai menjadi ratusan negara bagian.
"Tanpa Pancasila, NKRI ini
sudah bubar sebagimana Yugoslavia dan Uni Sovyet. Karena Pancasila bukan
sekedar alat pemersatu bangsa. Namun menjadi identitas bangsa Indonesia, "
ujar politosi asal Malang itu.
Alumni Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya inienyampaikan, selain mempelajari
Pancasila. Lebih penting lagi adalah mengamalkan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Karena itu, Andreas mengajak para
orangtua yang hadir agar mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak
mereka dalam kehidupan keseharian. Dengan begitu, anak-anak kita menjadi
pribadi yang santun, mau bergotong royong dan peduli sesama.
"Di sekolah memang anak-anak kita
mendapatkan pelajaran tentang Pancasila. Tetapi pelajaran sesungguhnya justru
ada di luar sekolah. Prakteknya dalam keseharian, dalam kehidupan
bermasyarakat, " imbuh Andreas Eddy Susetyo. (red)
COMMENTS