PARLEMEN JATIM-Pelaksanaan pemilihan presiden 17 April lalu berlangsung dengan damai dan kondusif. Sejumlah lembaga survei pun merilis h...
PARLEMEN JATIM-Pelaksanaan pemilihan
presiden 17 April lalu berlangsung dengan damai dan kondusif. Sejumlah lembaga
survei pun merilis hasil perhitungan cepat (Quick Count) yang mereka
laksanakan.
Namun hasil hitung cepat yang sementara
diungguli oleh pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin itu diragukan oleh Prabowo-Sandi.
Kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 02 itu lebih mempercayai hasil hitung
cepat internal yang mengunggulkan Prabowo dikisaran 60 persen.
Menanggapi polemik itu, Ketua DPD Partai
Demokrat Jawa Timur, Soekarwo ikut angkat bicara. Menurut gubernur Jatim dua
periode itu, hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga survey nasional
diyakini tak akan jauh beda dengan hasil real count yang akan dilakukan Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Dalam pengalaman data empirik selama
ini, kata Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo, quick count itu tidak terlalu jauh
dengan hasil akhir. Alasannya, metodologi ilmiahnya sudah ada dan sudah
berulang kali diuji coba dalam setiap pemilihan langsung.
“Saya mengapreasiasi model-model seperti ini bagus. Saya kira Quick Count ini adalah suatu teknologi dan perpanduan ilmu pengetahuan yang bagus meski keputusan resmi ada di KPU," tutur Pakde Karwo, di Kantor DPD Partai Demokrat Jatim.
“Saya mengapreasiasi model-model seperti ini bagus. Saya kira Quick Count ini adalah suatu teknologi dan perpanduan ilmu pengetahuan yang bagus meski keputusan resmi ada di KPU," tutur Pakde Karwo, di Kantor DPD Partai Demokrat Jatim.
Menurut Pakde Karwo, hasil perolehan
suara pasangan Jokowi-Ma’ruf di Jatim berdasar hitung cepat lembaga survey pada
pemilu 2019 ini cenderung mengalami kenaikan signifikan daripada pemilu 2014
lalu. Sebab hasil itu adalah ungkapan masyarakat Jatim yang dulu masih floating
mass atau belum menentukan pilihan, kini sudah menentukan pilihannya karena
sudah merasakan manfaat dari kepemimpinan Pak Jokowi.
“Saya kira suara Jokowi di Jawa Timur
naik signifikan dibanding Pilpres tahun sebelumnya,” bebernya.
Menurutnya, naiknya suara Pak Jokowi
bukan semata terkait urusan politik semata karena masyarakat dalam memberikan
dukungan itu lebih banyak dikaitkan dengan adanya kepuasan dan manfaat yang
mereka rasakan. Jadi sebagian besar masyarakat Jatim merasa puas dengan kinerja
pemerintahan Pak Jokowi.
Terlebih para pemilih swing voter dalam
menentukan pilihan politik itu biasanya terkait manfaat apa yang mereka
dapatkan dan bisa dirasakan langsung di dalam kehidupannya.
“Orang biasa berpikir, ada apa tidak
manfaatnya, Teori pembangunan yang dirasakan adalah kepuasaan terhadap kinerja.
Jadi yang mendukung Pak Jokowi banyak karena mereka berharap lima tahun ke
depan manfaat itu diteruskan,” tandas dosen ekonomi Unair ini. (day)
COMMENTS