PARLEMEN JATIM-Nama Sukma Sahadewa atau lebih dikenal dengan sapaan Dokter Sukma belakangan cukup familiar. Pasalnya, Ketua Lembaga Keseha...
PARLEMEN JATIM-Nama Sukma Sahadewa atau lebih dikenal dengan sapaan Dokter Sukma belakangan cukup familiar. Pasalnya, Ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Surabaya itu masuk dalam bursa bakal calon Walikota dan Wakil Wali Kota Surabaya.
Sosok kader muda NU ini cukup diperhitungkan sebagai pemimpin Kota Surabaya di masa depan. Apalagi ia juga menjabat sebagai Sekretaris Karang Taruna Kota Surabaya, mendampingi Fuad Benardi putra sulung Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya saat ini.
Sabtu (14/9) malam, sosok dokter muda ini terlihat mendatangi kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur yang memang malam itu adalah batas pendaftaran sekaligus pengembalian formulir untuk calon kepala daerah. Namun alih-alih mendaftar sebagai Cawali atau Wawali Surabaya, Dokter Sukma justru mendaftar sebagai Calon Bupati Kediri.
"Dengan mengucap bismillah, saya resmi mendaftar sebagai Calon Bupati Kediri melalui PDI Perjuangan. Saya tercatat sebagai pendaftar ke-19, semoga ini pertanda baik karena angka 1 melambangkan posisi Bupati sebagai orang nomor 1 di Kabupaten dan angka 9 sebagai angka yang sakral bagi warga NU," ujar Sukma.
Inisiator Gerakan Bakti Subuh ini mengungkapkan, keputusannya maju dalam Pilkada Kediri atas dawuh kiai yang menjadi guru dan panutannya. Sebagai nahdliyin, dawuh kiai wajib dilaksanakan. Karena itu, ia mengurungkan niat maju dalam pilwali Surabaya.
Menurut Sukma dawuh kiai itu sebenarnya juga bukan tanpa pertimbangan faktor rasional. Pasalnya, ia sejatinya berasal dari Kediri. Bahkan lahir dan besar di Kediri. Setelah itu, baru meniti karir di Surabaya.
"Alhamdulillah, ini petunjuknya jelas. Sebagai orang asal Kediri, saya harus membangun tempat kelahiran saya," imbuh Sukma.
Sukma membeberkan, pilihannya mendaftar lewat PDI Perjuangan. Alasannya, PDIP bukan saja partai besar tapi partai lama yang telah memiliki sejarah panjang dan akar ideologi yang kuat. Karena itu mesin politiknya pun sudah teruji.
Selain itu, PDIP yang berideologi nasionalis sinergi dengan dirinya yang berlatarbelakang nahdliyin. Selain itu, unsur nasionalis dan religius adalah kekuatan tradisional yang secara turun temurun ada di Kediri.
"Di Kediri itu tak lepas dari unsur religius dan nasionalis. Representasi unsur nasionalis dalam politik adalah PDI Perjuangan, karena itu saya memilih partai ini sebagai kendaraan politik," papar Sukma. (day)
Sosok kader muda NU ini cukup diperhitungkan sebagai pemimpin Kota Surabaya di masa depan. Apalagi ia juga menjabat sebagai Sekretaris Karang Taruna Kota Surabaya, mendampingi Fuad Benardi putra sulung Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya saat ini.
Sabtu (14/9) malam, sosok dokter muda ini terlihat mendatangi kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur yang memang malam itu adalah batas pendaftaran sekaligus pengembalian formulir untuk calon kepala daerah. Namun alih-alih mendaftar sebagai Cawali atau Wawali Surabaya, Dokter Sukma justru mendaftar sebagai Calon Bupati Kediri.
"Dengan mengucap bismillah, saya resmi mendaftar sebagai Calon Bupati Kediri melalui PDI Perjuangan. Saya tercatat sebagai pendaftar ke-19, semoga ini pertanda baik karena angka 1 melambangkan posisi Bupati sebagai orang nomor 1 di Kabupaten dan angka 9 sebagai angka yang sakral bagi warga NU," ujar Sukma.
Inisiator Gerakan Bakti Subuh ini mengungkapkan, keputusannya maju dalam Pilkada Kediri atas dawuh kiai yang menjadi guru dan panutannya. Sebagai nahdliyin, dawuh kiai wajib dilaksanakan. Karena itu, ia mengurungkan niat maju dalam pilwali Surabaya.
Menurut Sukma dawuh kiai itu sebenarnya juga bukan tanpa pertimbangan faktor rasional. Pasalnya, ia sejatinya berasal dari Kediri. Bahkan lahir dan besar di Kediri. Setelah itu, baru meniti karir di Surabaya.
"Alhamdulillah, ini petunjuknya jelas. Sebagai orang asal Kediri, saya harus membangun tempat kelahiran saya," imbuh Sukma.
Sukma membeberkan, pilihannya mendaftar lewat PDI Perjuangan. Alasannya, PDIP bukan saja partai besar tapi partai lama yang telah memiliki sejarah panjang dan akar ideologi yang kuat. Karena itu mesin politiknya pun sudah teruji.
Selain itu, PDIP yang berideologi nasionalis sinergi dengan dirinya yang berlatarbelakang nahdliyin. Selain itu, unsur nasionalis dan religius adalah kekuatan tradisional yang secara turun temurun ada di Kediri.
"Di Kediri itu tak lepas dari unsur religius dan nasionalis. Representasi unsur nasionalis dalam politik adalah PDI Perjuangan, karena itu saya memilih partai ini sebagai kendaraan politik," papar Sukma. (day)
COMMENTS