Habibullah TIDAK ADA yang tidak mungkin, begitu kata para bijak dalam mempersepsikan masa depan hidup dan kehidupan. Namun ada satu...
![]() |
Habibullah |
TIDAK ADA yang tidak mungkin, begitu
kata para bijak dalam mempersepsikan masa depan hidup dan kehidupan. Namun ada
satu hal yang pasti dari masa depan, yaitu adalah ketidakpastian.
Ketidakpastian inilah yang selalu menjadi ruang bagi segala cemas dan harap,
serta alasan umat manusia untuk mengontrol keberadaan masa depan. Karenanya,
ramalan selalu menarik karena masa depan ditarik menjadi bagian dari masa kini.
Seorang Soekarno dalam pidatonya pada
1966, mengatakan dengan tegas dan jelas perihal bagaimana kita melihat masa
depan : janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau
adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala daripada masa yang akan
datang. Bahkan, W. S. Rendra, sang penyair yang sekaligus dramawan, dalam
puisinya juga mengatakan; kemaren dan hari esok adalah hari ini. Penggalan
puisi tersebut menggambarkan betapa untuk melihat masa depan kita tidak bisa
lepas dari hari kemaren hari ini.
Maswadi Rauf (1995 : vii), dalam
sebuah kata pengantar untuk edisi terjemahan dari buku Geoff Mulgan : Politik
dalam Sebuah Era Anti-Politik, yang berjudul “Mengungkapkan Masa Depan Dunia
Politik”. Ia mengatakan bahwa usaha untuk menggambarkan masa depan selalu
menarik perhatian umat manusia. Bahkan semenjak akhir dasawarsa tahun 1960-an
muncul apa yang disebut sebagai futurology, yaitu ilmu tentang masa depan yang
mencoba mengungkapkan masa depan umat manusia secara alamiah. Para futurolog
menggunakan data, fakta, dan kecenderungan yang terjadi di masa lalu dan masa
sekarang untuk menentukan perkembangan di masa depan.
Politik dalam kehidupan suatu bangsa
adalah merupakan rangkaian yang menjadi batu pijakan bagi terciptanya kehidupan
yang lebih baik di masa depan. Maka dari itu, untuk mengetahui karakter dan
kriteria politisi di masa depan kita harus melihat dan memahami perilaku
politik pada masa kini tanpa harus mengabaikan perilaku politik di masa lampau.
Politisi Masa Kini
Salah satu pelajaran politik dari
para politisi masa kini, adalah kecenderungan dari para politisi kita yang
masih saja berkutat pada sebuah kenyataan dari “apa, di mana, dan mendapat
apa?”. Tujuannya jelas, tidak lain dan tidak lebih hanya untuk merebut dan
mempertahankan kekuasaan, ketimbang menjunjung tinggi nilai luhur dari politik
untuk keberlangsungan masa depan politik itu sendiri. Yang mana, manusia
menjadi spesis utama di muka bumi yang harus dimuliakan dengan penataan dan
pengelolaan Negara melalui sistem politik yang berkeadilan dan berkeadaban.
Tak bisa dipungkiri bahwa perilaku
politik di masa kini sangat menentukan apa yang akan menjadi kebijakan tentang
masa depan politik suatu bangsa. Sebagaimana dalam pandangan politik, kehidupan
suatu bangsa sangat bergantung kepada bagaimana keadaan kehidupan sosial
politiknya. Apabila kehidupan sosial politiknya seimbang dan berkembang dengan
pesat, maka secara tidak langsung kehidupan dalam suatu bangsa juga akan
mengalami hal yang sama.
Kehidupan politik di Indonesia
berjalan beriringan dengan musim demokrasi yang melahirkan jalan pragmatis,
dimana partai politik berorientasi pada perolehan electoral, sehingga
menyebabkan partai politik cenderung bergerak secara ideologis dengan tujuan
memperlebar jangkauan pemilih (Meitzner; 2008). Pilihan gerakan partai yang serba
pragmatis tersebut, menyebabkan partai politik bergerak ekstra aktif dengan
menggarap segala segmen pemilih.
Politisi kekinian sadar seutuhnya,
bahwa jam terbang dan jaringan yang telah dibangun sejak lama tidak akan
berarti jika tak ada dana operasional atau political cost. Kondisi yang
demikian ini menyebabkan segala aktifitas politik selalu membutuhkan sandaran
pendanaan yang kuat. Sehingga tidak heran, bila politisi banyak yang mencari
sumber kapital dan menjaganya, untuk nantinya berfungsi sebagai pendanaan atas
segala aktifitas politik mereka.
Berbagai skema dan jalinan jaringan
dijalankan mulai dari akses dalam pemerintahan dan parlemen, hingga berburu
proyek atau sekedar menjadi calo/makelar proyek. Pada titik inilah, tak sedikit
para politisi kekinian banyak yang terjerembab kedalam lembah perilaku koruptif
dan politik perut.
Politisi Masa Depan
Yongky Karman dalam sebuah artikelnya
mengatakan: Masa depan tidak disongsong, tetapi harus dibangun. Masa depan tak
datang sendiri sebagai sesuatu yang sudah jadi dan juga bukan hasil proses
hukum alam. Manusia harus mentransformasi masa depan. Masa depan memang sebuah
proyek. Bukan takdir, melainkan sebuah kemungkinan.
Oleh karena itu, berhubung masa depan
bukanlah takdir, akan tetapi sebuah proyek yang harus dibangun. Maka adalah
sebuah kemungkinan untuk melahirkan politisi masa depan, yang keberadaannya
menjadi tumpuan dari segala harapan bangsa untuk kemajuan, keadilan, dan
kesehjateraan yang lebih baik di masa depan. Menurut hemat penulis, ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh negara dan partai politik.
Pertama, perlu disiapkannya strategi
politik progressif terhadap munculnya alternatif kepemimpinan muda yang
imajinatif untuk mengganti wajah-wajah politisi lama yang terbebani dengan
sejarah silam. Sebab kita tidak ingin hasil pemilu demokrasi harus selalu gagal
dalam menunjukkan kualitasnya, karena ruang politik dihuni oleh para politisi
hasil reinkarnasi dari sisa-sisa elit lama yang terlibat dalam kelamnya politik
masa lampau.
Kedua, partai politik harus konsisten
menghadirkan sistem internal partai yang akomodatif terhadap kepemimpinan kaum
muda, untuk menjamin berjalannya sirkulasi kepemimpinan nasional secara
teratur. Pun juga, banyaknya kaum muda yang terjerumus dalam sindikat korupsi
juga harus menjadi bahan refleksi. Tidak saja bagi birokrasi, tetapi juga bagi
partai politik untuk berbenah diri.
Ketiga, Setiap pendanaan yang
berkaitan dengan aktivitas politik harus diaudit secara terbuka dan transparan.
Ini untuk mewujudkan iklim kontestasi politik yang virtual dan progressif, yang
berbasis pada perjuangan gagasan dan kerja-kerja politik yang cerdas dan
berkesinambungan, bukan atas dasar kepentingan jangka pendek yang selalu
berorientasi pada uang.
Keempat, Sanksi pidana dan pengenaan
sanksi tegas berupa larangan ikut pemillu bagi politisi yang menggunakan
dana-dana yang sumbernya tidak sah. Dengan demikian, insyaallah kedepannya kita
bisa mempersiapkan secara sungguh-sungguh calon-calon politisi masa depan,
sekaligus bisa memutus siklus kemunduran yang selama ini terjadi dalam sistem
kepemimpinan politik dan pemerintahan kita.
Semoga!!!
*Habibullah
**Aktifis Demokrasi Indop Institute Madura
COMMENTS