Baddrut Tamam (tengah) berbaur dengan masyarakat PARLEMEN JATIM-Beda orang beda pikiran, demikian pula dengan calon anggota legisla...
Baddrut Tamam (tengah) berbaur dengan masyarakat |
Politisi
muda PKB ini mengungkapkan, sebenarnya konsep berbaur ini adalah konsep PKB
yang merupakan kependekan dari Bekerja dan Berbagi Untuk Rayat. Dirinya sebagai
kader justru mengimplementasikannya ke konstituennya di dapil. Konsep berbaur
dilaksanakan oleh alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu dengan
konsekuen.
Terbukti,
setiap akhir pekan dirinya pasti kembali ke dapil untuk bertemu dengan
masyarakat. Dari sekedar cangkruk, sampai diskusi ringan atau menerima keluhan
masyarakat. Aktifitas itu dilakukan secara non formal, menanggalkan formalitas
yang melekat sebagai anggota Dewan apalagi pengurus teras partai.
"Saya
setiap akhir pekan pasti pulang ke Madura. Jadi tidak ujug-ujug turun menjelang
pemilu. Madura asal saya, rumah saya. Jadi setiap ada kesempatan pasti saya
pulang ke Madura untuk bertemu dengan masyarakat Madura," tutur politisi
kelahiran Pamekasan, 2 Desember 1978 tersebut.
Pria yang
akrab disapa Tamam ini mengungkapkan sebenarnya tak sulit mendekati masyarakat.
Apalagi sebagai wakil rakyat merupakan satu kewajiban untuk menyerap aspirasi
rakyat. Dan untuk paham aspirasi dan masalah masyarakat tidak bisa dilakukan di
balik ruangan kerja di Gedung DPRD Jatim. Namun harus bertemu langsung dengan
menyapa dan bertemu langsung dengan mereka.
Politisi
yang melenggang ke Indrapura dengan mendulang 186.105 suara dan menahbiskan
diri sebagai caleg tingkat provinsi terpilih dengan perolehan suara terbanyak
se-Indonesia itu mengaku tak pernah membuat jarak dengan masyarakat. Bahkan
dirinya yang mengambil inisiatif lebih dulu menyapa. Sehingga bukan suatu hal
yang luar biasa kalau Sekretaris DPW PKB Jatim ini sering ditemui ngopi bareng
atau bakar jagung di tengah masyarakat Madura.
"Saya
punya kebiasaan berjalan kaki pagi hari untuk menyapa masyarakat. Baik yang ada
di sawah atau di warung kopi. Biasanya saya ajak mereka ngobrol sambil minum
kopi atau rokokan. Itu saya lakukan sejak 4 tahun lalu. Sehingga saat pemilu
mereka dengan ikhlas memberikan suaranya kepada saya," papar mantan Ketua
Korcab PMII Jatim itu.
Soal
fenomena kebanyakan anggota Dewan yang enggan turun ke dapil karena menghindari
permohonan sumbangan atau permintaan bantuan dari masyarakat. Menurut anggota
Komisi E yang membidangi kesra, itu tergantung kebiasaan mereka saat kampanye
lalu.
Kalau saat
kampanye mereka membagi-bagikan uang kepada masyarakat,
maka tak heran ketika mereka jadi anggota Dewan dan kembali ke dapil akan
menjadi sasaran masyarakat untuk minta uang.
Khusus
dirinya, Tamam mengaku tidak membiasakan membagikan uang kepada masyarakat.
Kalaupun ada permintaan, selagi dirinya punya maka dirinya tak sungkan berbagi.
Tapi kalau sedang tidak ada uang, maka dia akan mengatakan dengan jujur, tidak
bisa membantu.
COMMENTS