Anggota MPR RI Andreas Eddy Susetyo, saat Sosialisasi Empat Pilar di Kota Malang PARLEMEN JATIM-Keragaman budaya atau “cultural divers...
Anggota MPR RI Andreas Eddy Susetyo, saat Sosialisasi Empat Pilar di Kota Malang |
PARLEMEN JATIM-Keragaman budaya atau
“cultural diversity” adalah kepercayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman
budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok
sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
suku bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia.
Karena itu, tanpa adanya ikatan Bhineka
Tunggal Ika, adalah keniscayaan Republik ini tetap bisa berdiri dan bersatu di
atas segala perbedaan. Pernyataan itu disampaikan Anggota MPR RI, Andreas Eddy
Susetyo dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di pelataran Santo Yohanes
Pemandi, Kota Malang.
“Kita bersyukur para leluhur kita telah
mengajarkan semboyan Bhineka Tunggal Ika jauh sebeluh republik ini berdiri,
sehingga kita terbiasa hidup dalam perbedaan. Sebab perbedaan itu sesungguhnya
adalah kekayaan keberagaman,” tutur anggota parlemen asal daerah pemilihan
Malang Raya ini, (6/2/2018).
Andreas Eddy melanjutkan, di Kota Malang
sendiri kebhinekaan sangat kental. Dengan jumlah penduduk sesuai Data Pusat
Statistik sebanyak 2.544.315 jiwa (tahun 2015) yang tersebar di 33 kecamatan,
378 Desa, 12 Kelurahan. Hal ini didukung dengan luas wilayahnya 3.534,86 km²
atau sama dengan 353.486 ha. Dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun.
Sebagian besar penduduk Kota Malang
adalah suku Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan
Tionghoa. Agama mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.
“Bisa dibilang, Kota Malang ini miniatur
Indonesia. Penduduknya beragam dengan agama dan sukubangsan yang berbeda.
Terlebih, di Kota Malang ini banyak perguruan tinggi yang dijadikan jujukan
menuntut ilmu bagi pemuda-pemudi yang ada di luar Malang, bahkan di luar Jawa Timur,”
urai politisi PDI Perjuangan ini.
Andreas menambahkan, Kota Malang juga
menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal
ialah Ponpes Al Hikam pimpinan almarhum KH. Hasyim Muzadi, dan juga adanya
pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh
Nusantara, salah satunya adalah Seminari Alkitab Asia Tenggara.
Oleh sebab itu perbedaan yang ada, wajib
diingat setiap saat, dimana saja, secara benar bahwa diversity adalah kekayaan,
pluralistic menjadi simbol kemajemukan bangsa.
COMMENTS