SURABAYA - Para santri berprestasi dari berbagai Pondok Pesantren se Jawa Timur, hari Selasa ini (9/5/2023) memperebutkan kesempatan mendapa...
SURABAYA - Para santri berprestasi dari berbagai Pondok Pesantren se Jawa Timur, hari Selasa ini (9/5/2023) memperebutkan kesempatan mendapatkan beasiswa S1 di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Sebanyak 162 orang dari ratusan pendaftar yang memenuhi persyaratan administratif mengikuti test di gedung Islamic Center Surabaya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Provinsi Jawa Timur tahun ini kembali memberikan beasiswa kepada 30 mahasantri untuk melanjutkan studi di Al-Azhar, Kairo.
Kepala Biro Kesra Setdaprov Jatim dalam kesempatan membuka rapat koordinasi penguji, Senin 8/5/2003 kemarin menyatakan bahwa sejak 3 tahun terakhir Pemprov Jatim menambah jenis beasiswa yang diperuntukkan untuk kalangan pesantren, melalui Program Beasiswa Santri Pondok Pesantren ke Universitas Al-Azhar Kairo.
"Ada 60 orang yang sudah dibiayai dan saat ini tengah penempuh pendidikan di Kairo, dan akan menyusul tahun ini 30 orang lagi" katanya, Selasa (9/5/2023).
Selain beasiswa ke Mesir, Pemprov juga telah memberikan beasiswa untuk Ma'had Aly (Perguruan Tinggi khas pesantren), S1 (sarjana), S2 (magister), dan S3 (doktor) di berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Jatim.
Ketua LPPD, Prof. Dr. KH. Abd. Halim Soebahar MA menjelaskan bahwa Program ini diinisiasi oleh Ibu H. Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jatim.
"Beliau memiliki perhatian yang luar biasa terhadap pengembangan pesantren. Ibu ingin akses SDM pesantren untuk belajar ke pusat-pusat keilmuan Islam di luar negeri semakin terbuka. Setelah koordinasi dengan para pimpinan pesantren, program ini direalisasikan," tuturnya.
Lebih lanjut, Soebahar menjelaskan, bahwa selama ini komitmen ibu Gubernur pada fasilitasi pengembangan pesantren sangat besar. Pemprov sudah mengalokasikan anggaran yang cukup besar dari APBD untuk beasiswa-beasiswa itu, termasuk yang ke Mesir," tambahnya.
Para calon penerima beasiswa harus mengikuti seleksi yang sangat ketat. Selain harus menguasai kitab kuning, mereka juga diuji kelayakan potensi akademik dan wawasan kebangsaannya.
"Kita ingin supaya, mereka nantinya menjadi intelektual muslim yang mumpuni dan memiliki komitmen kuat terhadap kebangsaan dan keIndonesiaan". Ada dua aspek yan kualifikasi akademik SDM pesantren," tandasnya.
Sekretaris LPPD yang juga koordinator Timsel, Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, MAg menjelaskan bahwa untuk mewujudkan tujuan itu, seleksi beasiswa dilakukan sangat ketat.
"Kami melibatkan para kiai dan akademisi dari berbagai pesantren dan perguruan tinggi sebagai penguji," tuturnya.
Muhibbin melanjutkan, mereka yang lolos dari seleksi ini, akan mengikuti seleksi tahap berikutnya, yaitu ujian kompetensi bahasa Arab langsung dari para dosen-dosen Universitas Al-Azhar, Selanjutnya, mereka akan mengikuti matrikulasi bahasa selama 5 bulan di kampus PUSIBA Bekasi.
"Kami bekerja sama dengan PUSIBA (Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab), satu-satunya lembaga di Indonesia yang mendapatkan kepercayaan Universitas Al-Azhar dan OIAA (Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar) untuk menyiapkan calon-calon mahasiswa yang memenuhi kelayakan," tambah Muhibbin.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, calon yang lolos dari 2 tahap seleksi di LPPD akan menempuh program intensif di Bekasi mulai bulan Juni yang akan datang. (day)
caption : Sebanyak 162 orang dari ratusan pendaftar yang memenuhi persyaratan administratif mengikuti test di gedung Islamic Center Surabaya. foto : istimewa.
COMMENTS