Aida Fitriati PARLEMEN JATIM-Hari ini diperingati sebagai Hari Nelayan Nasional, tak terkecuali juga di Jawa Timur. Ironisnya, sampai s...
![]() |
Aida Fitriati |
PARLEMEN JATIM-Hari ini diperingati
sebagai Hari Nelayan Nasional, tak terkecuali juga di Jawa Timur. Ironisnya,
sampai saat ini nasib nelayan masih terpuruk, jauh dari kata sejahtera. Mereka
umumnya masih hidup dalam garis kemiskinan. Tak heran, angka putus sekolah
dikalangan anak-anak nelayan pun tinggi. Padahal Jawa Timur memiliki bentang
pantai yang panjang dengan lautan yang luas berikut berbagai macam jenis ikan
di dalamnya.
Anggota Komisi B DPRD
Jatim, Aida Fitriati menilai nasib nelayan masih dalam kondisi terpuruk secara
ekonomi. Kondisi itu disebabkan sejumlah faktor, diantaranya sistem penangkapan
masih tradisional. Karena itu, ditinjau dari sisi psikologi nelayan masih belum
bisa kreatif dalam mental usaha untuk maju. Mereka masih terbelenggu dengan
sistem marketing (penjualan) hasil tangkapan kepada kelompok tertentu seperti
tengkulak, sehingga dari sisi harga hasil tangkap masih rendah.
“Mayoritas nelayan di
Jawa Timur dan Indonesia umumnya, masih menangkap ikan dengan peralatan
tradisional, karena itu tak bisa mencari ikan sampai ke tengah laut seperti
kapal-kapal nelayan Vietnam. Padahal ikan-ikan besar yang bernilai ekonomis
adanya di tengah laut. Selain itu, hasil tangkapannya juga sering jatuh ke
tangan tengkulak sehingga harganya pun rendah. Karena itu perlu ada
pendampingan dari pemerintah,” tegas politisi PKB yang akrab disapa Neng Fitri
itu, Kamis (6/4).
Wakil Sekretaris Fraksi
PKB DPRD Jatim ini menambahkan, faktor cuaca buruk juga menjadi masalah rutin
nelayan. Di saat cuaca tidak bersahabat itu, otomatis para nelayan tidak bisa
melaut dalam waktu tertentu. Praktis, dari 365 hari dalam setahun, nelayan
hanya bisa separuh tahun melaut. Karena itu, harus ada upaya usaha sampingan
bagi keluarga nelayan untuk memenuhi kehidupan di saat air laut pasang.
Fitri berharap pemerintah
provinsi maupun dinas terkait turun tangan dalam melakukan pemberdayaan kepada
keluarga nelayan. Menurutnya, pemberdayaan perempuan pesisir harus di upayakan
maksimal untuk membantu peningkatan pendapatan ekonomi keluarga nelayan. Karena
itu, meski para suami tak bisa melaut, tapi mereka tetap punya pendapatan dari
usaha sampingan. Diantaranya membuat kerupuk ikan atau makanan berbahan dasar
dari ikan atau udang.
COMMENTS