Moch. Eksan SAYA KEDATANGAN TAMU seorang muqimin yang bolak- balik Indonesia-Arab Saudi sejak 1991 sampai dengan sekarang. Namanya Haj...
Moch. Eksan |
SAYA KEDATANGAN TAMU seorang muqimin yang bolak- balik Indonesia-Arab Saudi sejak 1991 sampai dengan sekarang. Namanya Haji Munif Al-Majid, seorang mantan santri Rubath Jawi dan sekarang menjadi muthawwif haji dan umrah.
Kebetulan Haji Munif tersebut berasal dari Jember. Sama dengan saya. Ia bercerita banyak hal, soal suka duka tinggal di Tanah Haram. Bahwa malam jadi siang, dan siang jadi malam. Habis subuh rata-rata, penduduk Mekkah tidur sampai dengan Dhuhur. Dan, kalau bertandang ke teman biasa habis Isya'. silaturahmi di tengah malam sampai Subuh tiba.
Kondisi terbalik juga demikian, dengan Idul Fitri dan Idul Adha. Haji Munif memilih tetap bertahan sampai musim haji selesai, baru mudik ke Indonesia. Saya dan jamaah Lan Tabur, balik ke Indonesia, 5 hari setelah Idul Fitri di Tanah Suci ini.
Idul Fitri di Indonesia jauh lebih ramai dari Idul Adha dengan tradisi mudik massal. Para pekerja Rantau pulang kampung, bertemu dengan sanak keluarga, sahabat dan tetetangga.
Idul Fitri benar-benar menjadi momentum silaturahmi kolosal, yang tak ada duanya di belahan dunia manapun. Tradisi saling maaf-memaafkan menyatu dengan tradisi mudik tersebut.
Salah, khilaf dan dosa menyangkut huqqul adami "dihalalkan" tanpa terkecuali. Pertengkaran, permusuhan, dan kesalahpahaman yang terjadi di antar sesama sebelumnya dileburkan. Ramadhan telah membakar dosa kepada Allah maupun dosa terhada sesama manusia.
Saya berpandangan, mudik yang sejati, bukan mudik ke kampung halaman, akan tetapi mudik ke kampung akhirat. Saat kita yang berasal dari Allah, kembali kepadaNya dengan husnul khatimah dan mati dalam keadaan sebagai muslim yang sejati.
Syeikhul Islam, Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa mudik ke kampung akhirat termasuk iman pada Hari Kiamat. Percaya terhadap sesuatu yang berkait dengan Hari Kiamat: kematian, kubur, nikmat dan siksa kubur, hari kebangkitan, padang mahsyar, hari perhitungan amal, surga dan neraka, dan lain sebagainya.
Ahlussunnah wal jamaah, berkeyakinan bahwa perjalanan hidup manusia beberapa tahap. Pertama, marhalatul 'adam (tahap tiada). Tahap manusia berada di alam ruh. Kedua, marhalatul hamli (tahap dalam kandungan). Tahap manusia berada di kandung ibu. Ketiga, marhalatud dunya (tahap di dunia). Tahap manusia berada di alam dunia. Keempat, marhalatul barzah (tahap di qubur). Tahap manusia berada di alam qubur. Kelima, marhalatul akhirah (tahap di akhirat). Tahap manusia berada di alam akhirat.
Dari lima tahap perjalanan hidup manusia di atas, marhalatul akhirah adalah tahap perjalanan hidup yang paling terakhir. Di kampung akhiratlah, hidup yang kekal dan selamanya. Tempat mudik yang tiada mudik setelah mudik ke kampung akhirat tersebut.
Bekal mudik ke kampung akhirat, bukan dollar, bukan riyal, bukan pula rupiah, akan tetapi bekal taqwa. Bekal yang dikumpulkan melalui ibadah dan amal sholeh di bulan Ramadhan.
Oleh sebab itu, para ulama salaf mengingatkan bahwa Idul Fitri bukan untuk orang yang berbaju baru, akan tetapi bagi orang yang taqwanya bertambah.
Taqabballah minna wa minkum Taqabbal Ya Karim. Minal 'aidin wal faizin, mohon maaf lahir batin. Selamat Idul Fitri 1438 H, semoga amal ibadah kita diterima, dan kita kembali suci serta menjadi pemenang. Amien...
**Anggota DPRD Jatim
***Pendiri Eksan Institute
COMMENTS