Mochamad Eksan, S.Ag PARLEMEN JATIM-Wacana calon tunggal yang digagas Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Jatim, So...
Mochamad Eksan, S.Ag |
PARLEMEN
JATIM-Wacana calon tunggal yang digagas Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua DPD
Partai Demokrat Jatim, Soekarwo tampaknya tak berjalan mulus, karena sejumlah
reaksi penolakaan pun bermunculan. Setelah sebelumnya Partai Gerindra, kini
penolakan itu muncul dari Partai NasDem.
Mochamad
Eksan, Wakil Ketua DPW Partai NasDem Jatim berpandangan, wacana calon tunggal,
tidaklah produktif dalam pembangunan demokrasi yang sehat dan matang. Sebab, 32
juta pemilih yang bersebar di 38 kabupaten/kota, dipaksa untuk tidak memilih.
Tidak ada alternatif, kecuali one and only incumbent candidate (satu dan hanya
satunya kandidat inkumben).
“Sistem
demokrasi dihadirkan sebagai lawan dari sistem monarkhi dan aristokrasi. Calon
tunggal tak ubahnya dengan sistem dinasti dan elit yang totaliter, yang tak
menyajikan alternatif pilihan kepada rakyat. Padahal, demokrasi itu sistem yang
terbuka bukan sistem yang tertutup,” sindir mantan Komisioner KPU Jember itu,
Minggu (4/6).
Eksan
mengingatkan, setiap warga negara punya kesempatan yang sama untuk dipilih dan
memilih. Barangtentu, yang memenuhi syarat sebagaimana diatur oleh peraturan
perundang-undangan. Dirinya mengutip Robert W Hefner, bahwa democratic civity
(keadaban demokrasi), keterbukaan dan partisipasi. Tafsir dari keadaban
demokrasi itu dilihat dari kualitas dan kuantitas keterbukaan dan partisipasi
dalam menilai demokrasi tersebut.
Anggota
DPRD Jatim ini mengingatkan, mayoritas negara-negara di dunia, menilai
demokrasi Indonesia sudah matang. Hiruk-pikuk, centang perenang pilgub DKI
Jakarta, berakhir dengan happy-ending. Semua pihak menerima hasil pemilu. Yang
menang mau pun yang kalah, mampu menunjukkan sikap yang ksatria. Demokrasi
Indonesia sangat mengagumkan.
“Karena
itu, tidak pada tempatnya beralasan, wacana calon tunggal, agar eskalasi
politik terkendali, tak seperti Pilgub DKI Jakarta yang panas dan berpotensi menimbulkan
diintegrasi nasional. Sebab proses politik demokratis tak menganggu terhadap
pembangunan ekonomi Jawa Timur
Terpisah, Gus Ipul yang diproyeksikan Pakde karwo
sebagai calon tunggal dirinya tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
memborong partai politik. Menurut mantan Ketua Badko HMI Jakarta ini, yang ia
miliki hanya teman baik yang kebetulan saat ini jadi pemimpin partai.
Alumni FISIP Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini
membeberkan, sejak dulu dirinya memelihara hubungan baik dengan siapa saja,
termasuk dengan para elit politik. Hubungan koneksi itulah yang menjadi modal
dirinya saat ini.
Hubungan baik itu bisa berbuah dukungan politik bisa juga tidak
sama sekali. Sebab, setiap partai punya mekanisme internal untuk menentukan
calon pemimpin dan mengeluarkan rekom.
“Saya juga tidak pernah berpikir menjadi calon
tunggal, jadi tak perlu memborong partai. Yang terpenting berkompetisi secara
sehat,” pungkas Gus Ipul.
COMMENTS