PARLEMEN JATIM-Isu berbasis suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang mewarnai Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 ditenggarai...
PARLEMEN JATIM-Isu berbasis suku, agama,
ras dan antargolongan (SARA) yang mewarnai Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun
2017 ditenggarai juga bisa menyasar kontestasi pemilihan gubernur di Jawa
Timur. Analisa itu disampaikan, Muradi Clark, Ketua Pusat Studi Politik dan
Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung.
Menurut Muradi, meskipun selama ini Jawa
Timur dikenal kondusif dan menjadi basis Nahdlatul Ulama (NU) yang selama ini
menyebarkan ajaran Islam yang santun dan damai. Namun, kalau tokoh masyarakat
dan tokoh agama di Jatim lengah, apa yang terjadi di Jakarta bisa terjadi di
Jawa Timur.
“Kemungkinan politik SARA membesar di
Jatim memang kecil karena tipologi dan kultur Jatim berbeda dengan Jakarta.
Tapi tidak boleh lengah kalau tidak mau kecolongan,” tegas Muradi, Kamis
(9/11).
Aktivis mahasiswa eksponen ’98 ini
melihat aktor-aktor politik yang menyebarkan politik SARA di Jakarta sama
dengan di Jatim. Sebab, dirinya melihat tokoh-tokoh di Jakarta ini juga telah
mulai masuk ke Jawa Timur. Kalau pun ada yang berasal dari Jatim jumlahnya
tidak signifikan.
Meskipun, masyarakat Jawa Timur dikenal
sebagai masyarakat yang santun. Namun dengan memanfaatkan teknologi dan
penyebaran melalui media sosial yang dilakukan secara massif, sangat mungkin
isu SARA itu bisa ditermakan oleh masyarakat.
“Isu SARA yang diproduksi secara massif
dengan memanfaatkan media sosial bisa saja lama-lama termakan oleh masyarakat
dan dipercaya sebagai kebenaran,” ujar Doktor ilmu politik dari Flinders
University, Australia tersebut.
Dosen FISIP Unpad ini yakin pasangan
Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas (Saiful-Anas) maupun Khofifah Indar
Parawansa yang saat ini masih memilah pasangan tidak mungkin menggunakan
politik SARA dalam kampanye pilgub.
Pasalnya, latar belakang Gus Ipul dan
Khofifah sebagai kader NU yang santun akan menjadi bumerang yang akan berbalik
ke mereka kalau keduanya melempar isu SARA dalam kompetisi suksesi di Jawa
Timur.
“Saya menilai tidak mungkin Gus Ipul dan
Khofifah menggunakan isu SARA dalam kampanye pilgub. Hal itu akan berbalik dan
menampar wajah mereka kalau dilakukan, karena mayoritas warga Jatim adalah
nahdliyin yang dikenal santun dan toleran,” urai Muradi.
Pengamat Pertahanan dan Kepolisian ini
meyakini kalau antar tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jawa Timur punya
komitmen menjaga provinsi dengan 42 juta penduduk itu tetap kondusif, maka
provokasi politik SARA tidak akan laku di Jawa Timur.
Terutama dua ormas terbesar seperti
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Ormas ini adalah kunci untuk menjaga situasi
kondusif di Jatim yang selama pemerintahan Soekarwo sangat terkendali.
“NU dan Muhammadiyah bisa menjadi
benteng dari serangan politik SARA di Jatim. Kalau punya komitmen, kedua ormas
ini bisa meredam isu SARA,” pungkasnya.
COMMENTS