PARLEMEN JATIM-Tekad Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi pertama yang memiliki Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan sistem s...
PARLEMEN JATIM-Tekad Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi pertama
yang memiliki Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan sistem syariah tampaknya
masih jauh dari realisasi. Pasalnya, rencana melaunching Bank Jatim Syariah
terkendala pada penyertaan modal yang menjadi salah satu syarat utama pendirian
Bank Umum Syariah (BUS). Selama ini Bank Jatim Syariah masih berstatus Unit
Usaha Syariah (UUS) dibawah manajemen Bank Jatim dengan sistem
konvensional.
Kendala penyertaan modal itu disampaikan
Ketua Komisi C DPRD Jatim, Anik Maslachah. Menurut Anik, ada
ketentuan setoran dana penyertaan modal sebesar Rp1 Triliun yang disyaratkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketentuan penyertaan modal itu sulit
direalisasi karena beban keuangan Provinsi Jawa Timur saat ini belum
memungkinkan untuk mengeluarkan dana APBD sebesar Rp1 Triliun.
"Belakangan Bank Jatim siap urunan
Rp500 Miliar untuk memenuhi dana penyertaan sebesar Rp1 Triliun. Namun tetap
berat mengucurkan dana Rp500 Miliar untuk saat ini. Jangankan Rp500
Miliar, Rp100 Miliar saja berat untuk saat ini," ujar Anik
Maslachah, Jumat (3/8).
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini melanjutkan, sebenarnya ada solusi untuk memenuhi syarat penyertaan modal tanpa membebani keuangan daerah. Solusi itu adalah dengan mencicil dana penyertaan modal selama lima tahun atau Rp100 Miliar per tahun. Namun sayangnya, opsi itu ditolak oleh OJK. Karena OJK mensyaratkan dana penyartaan modal disetor sekaligus.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini melanjutkan, sebenarnya ada solusi untuk memenuhi syarat penyertaan modal tanpa membebani keuangan daerah. Solusi itu adalah dengan mencicil dana penyertaan modal selama lima tahun atau Rp100 Miliar per tahun. Namun sayangnya, opsi itu ditolak oleh OJK. Karena OJK mensyaratkan dana penyartaan modal disetor sekaligus.
Karena itu, untuk saat ini Anik
mengaku spin off Bank Jatim Syariah tidak menjadi prioritas utama. Sebab,
pemprov lebih memprioritaskan pada pembangunan infrastruktur, disamping
pemberdayaan UMKM. Meski pun ada juga kebutuhan dan peluang Jawa Timur untuk
memiliki Bank dengan sistem syariah.
"Kalau dibilang penting, ya
penting juga Bank Jatim Syariah. Namun kalau dibilang mendesak, ya tidak
juga. Karena masih ada prioritas di bidang pembangunan. Semoga Gubernur baru
nanti bisa mencari solusi untuk merealisasikan spin off Bank Jatim
Syariah," imbuh alumni UNESA tersebut. (day)
COMMENTS