PARLEMEN JATIM-Pancasila tidak hanya sekedar ideologi dasar bagi rakyat Indonesia, tapi merupakan falsafah dan pedoman hidup bagi bangsa...
PARLEMEN
JATIM-Pancasila tidak hanya sekedar ideologi dasar bagi rakyat Indonesia, tapi
merupakan falsafah dan pedoman hidup bagi bangsa Indonesia. Di dalam Pancasila
terdapat 5 sila yang bila diperas menjadi butir-butir yang berisi nilai-nilai
kehidupan seperti toleransi, saling menghargai dan menghormati serta gotong
royong. Karena itu penting menjaga Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
Hal itu disampaikan anggota MPR RI, Andreas Eddy Susetyo
dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kecamatan Ngantang, Kabupaten
Malang. Kegitan yang dilaksanakan oleh Rumah Aspirasi Masyarakat Malang Raya
(ASMMARA) itu berlangsung di Selorejo Hotel dan Resort di Jl Raya Ngantang, Kabupaten
Malang. Acara itu diikuti sekitar 150 peserta yang berasal dari Forum
Komunikasi Kristen dan Katolik Kepanjen (FK3).
“Pancasila bukan hanya ideologi bangsa tapi juga falsafah
hidup. Karena itu menjaga Pancasila sama
dengan menjaga NKRI, sebab Pancasila adalah pemersatu bangsa,” tutur Andreas
Eddy Susetyo, Selasa (12/3/2019).
Anggota MPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini mengajak
agar masyarakat Indonesia, khususnya warga Malang Raya untuk mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, semua tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara sudah termaktub dalam Pancasila. Mulai kehidupan
bernegara hingga kehidupan bermasyarakat dan antar tetangga.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan saripati
dari budaya luhur dan adat istiadat yang sudah ada sejak lampau. Bahkan jauh
sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu
cocok diamalkan dalam kehidupan dan keseharian.
“Nilai-nilai Pancasila adalah saripati dari adat istiadat
dan budaya luhur yang sudah berlangsung turun temurun. Karena itu cocok dengan
kepribadian bangsa,” imbuh politisi asli Malang ini.
Andreas mengingatkan di era digitalisasi dan keterbukaan
informasi seperti saat ini, budaya luar masuk secara deras ke dalam negeri.
Informasi dengan mudah bisa diakses dan sampai ke tangan orang per orang lewat
telepon genggam atau smart phone. Padahal belum tentu budaya itu cocok dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Bahkan belakangan budaya dan faham dari luar itu justru
disinyalir mengancam keutuhan NKRI. Karena itu, tak ada pilihan lain selain
kembali memperkuat komitmen berbangsa dan bernegara dengan berlandasan
Pancasila. Sebab, sulit membendung informasi dan budaya luar masuk ke Indonesia
di era keterbukaan seperti saat ini.
“Solusinya adalah kembali ke Pancasila dan menjalankan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua pun harus
menanamkan ini sejak dini ke anak, antar masyarakat juga harus saling
mengingatkan satu sama lain agar mengamalkan Pancasila sebagai identitas
bangsa,” pungkas Andreas. (day)
COMMENTS